Powered By Blogger

Selasa, 22 Juni 2010

Sistem Tata Surya

  1. Pendahuluan, Tentang Tata Surya dan Asal-usulnya
Mahasuci Allah yang telah menjadikan alam semesta ini bergerak dan beredar pada orbitnya dengan kadar tertentu. Setiap benda langit itu bergerak teratur sesuai dengan garis edar masing-masing. Segala yang diciptakan oleh Allah di dunia ini tidaklah sia-sia, melainkan ada rahasia di balik ciptaanya itu. Keindahan dan keteraturan ciptaan Allah tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Jika kita memandang ke atas, maka kita akan melihat betapa indah dan teraturnya benda-benda langit di atas sana.
Tata surya adalah rumpun planet, bulan dan serpihan antariksa yang mengorbit di sekeliling matahari. Semua ini disatukan oleh gaya tarik gravitasi matahari yang 1.000 kali lebih besar dari semua planet bila disatukan. Sistem tata surya kemungkinan terbentuk dari awan besar, gas dan debu antar bintang yang menjadi satu karena gaya gravitasinya sendiri, sekitar lima miliar tahun yang lalu. Susunan tata surya terdiri atas matahari, planet-planet bersama masing-masing satelitnya, asteroid, komet, dan kumpulan meteorit.
Perkembangan pola pikir manusia terhadap tata surya berkembang dari egosentris, yang mana manusia adalah pusat tata surya. Kemudian muncul teori baru yang dicetuskan oleh Aristoteles dan dikuatkan oleh Ptolomeus yang menyatakan bahwa bumi sebagai pusat tata surya, teori ini disebut teori geosentris. Teori ini bertahan hingga lima belas abad lamanya sebelum ditumbangkan oleh teori Copernicus pada abad ke 15 dengan teori heliosentrisnya yang menyatakan bahwa mataharai sebagai pusat tata surya.
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya[1].
  1. Benda-benda Langit Anggota Tata Surya
  1. Matahari
Matahari merupakan pusat dan induk dari tata surya. Dan matahari juga merupakan sebuah bintang karena dapat mengeluarkan cahaya sendiri yang mana berbeda dengan planet-planet yang tidak dapat meneluarkan cahaya sendiri. Matahari merupakan pusat yang sekelilingnya menjadi tempat berputar bumi dan bebagai planet tata surya. Pada zaman dahulu manusia menyembah menjadikan benda sembahan dan mereka memyerahkan kurban dan mendirikan candi-candi untuk matahari[2].
Matahari merupakan sebuah bintang yang sebenarnya hanya bintang biasa saja. Karena masih banyak bintang yang ukurannya lebih besar, lebih berat, lebih panas, lebih berat, dan lebih cerah. Matahari tampak jauh lebih besar dan lebih cerah, karena letaknya jauh lebih dekat kepada kita daripada bintang lainnya. Jauhnya matahari kira-kira 149.600.000 km. Bintang berikutnya yang terdekat, Alpha Centuri, jauhnya lebih dari 40.000.000.000.000 km.
  1. Besar Matahari
Matahari merupakan bola gas mahabesar yang menyala dan panas luar biasa. Diameter matahari kira-kira 1.400.000 km lebih dari 100 kali diameter bumi. Kita akan mengira bahwa sebuah bola sebesar matahari itu sama dengan 333.420 kali masa bumi. Oleh karena berat jumlah gas mahabesar ini, tekanan pada pusat matahari lebih dari satu juta metrik ton setiap cm persegi
  1. Suhu Matahari
Menurut perhitungan para ahli, temperatur di permukaan matahari sekitar 6.000 °C namun ada juga yang menyebutkan suhu permukaan sebesar 5.500 °C. Jenis batuan atau logam apapun yang ada di Bumi ini akan lebur pada suhu setinggi itu. Temperatur tertinggi terletak di bagian tengahnya yang diperkirakan tidak kurang dari 25 juta derajat Celsius namun disebutkan juga kalau suhu pada intinya 15 juta derajat Celsius. Ada pula yang menyebutkan temperatur di inti matahari kira kira sekitar 13.889.000 °C. Menurut JR Meyer, panas matahari berasal dari batu meteor yang berjatuhan dengan kecepatan tinggi pada permukaan matahari. Sedangkan menurut teori kontraksi H Helmholz, panas itu berasal dari menyusutnya bola gas. Ahli lain, Dr Bothe menyatakan bahwa panas tersebut berasal dari reaksi-reaksi termonuklir yang juga disebut reaksi hidrogen helium sintetis.
  1. Gravitasi Matahari
Oleh karena massanya yang sangat besar itu, maka matahari mempunyai suatu tarikan gravitasi sebesar 28 kali lebih kuat daripada tarikan gravitasi bumi. Hal ini berarti bahwa seseorang yang beratnya 90 kg di permukaan bumi, jika berada di permukaan matahari beratnya akan menjadi 28x90 kg atau sama dengan 2.520 kg atau 2 ½ metrik ton. Orang itu tidak akan sempat merasa berat heran tentang kenaikan beratnya karena akan segera menguap karena panas matahari[3].
  1. Orbit Matahari
Berdasarkan fakta pada perhitungan pakar-pakar astronomi, maka matahari bergerak dalam kecepatan yang tinggi sejauh 720.000 km per jam mengarah ke bintang Vega dalam satu orbit tertentu, dalam sistem Solar Apex. Ini berarti bahwa matahari bergerak sejauh 17.280.000 km per jam menurut perhitungan. Bersama-sama dengan matahari, semua planet dan satelit yang berada dalam lingkungan sistem gravitasi matahari (sistem solar) juga turut bergerak pada jarak yang sama. Sebagai tambahan, semua bintang dalam alam semesta adalah berada dalam satu peramaan pergerakan yang telah ditentukan.
Peredaran benda-benda langit beredar pada garis edar (orbit)nya. Takkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al-Quran, maka ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, akan tetapi bergerak dalam garis edar tertentu. Fakta-fakta yang disampikan Al-Quran ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex.
Matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjtnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana[4].
  1. Planet
Planet merupakan benda langit padat yang beredar pada jarak tertentu dan tetap mengelilingi matahari[5]. Planet merupakan benda langit yang gelap, tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan memantulkan cahaya matahari. Suatu benda langit bisa dikatakan sebagai planet apabila memenuhi kriteria-kriteria yang telah disepakati oleh para astronom[6]. Planet adalah benda langit yang mengorbit matahari, bukan satelit sebuah planet, memiliki massa yang cukup sehingga gaya gravitasi yang dihasilkan sanggup mengatasi gaya-gaya lain. Planet berbentuk bulat karena keseimbangan hidrostatis dan daerah yang terletak disekitar orbitnya telah dibersihkan sehingga objek ini menjadi satu-satunya benda yang berukuran besar pada satu jarak tertentu[7].
  1. Klasifikasi Planet
Secara umum, planet dapat diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi-klasifikasi tersebut ada kalanya berdasarkan perbandingan orbitnya dengan orbit bumi, berdasarkan orbitnya dengan sabuk asteroid dan berdasarkan komposisinya.
Berdasarkan orbit planet dari bumi, planet dapat dibagi menjadi dua macam, yakni planet inferior dan superior.
Planet inferior adalah planet-planet yang orbitnya terletak di sebelah dalam orbit bumi. Yang termasuk dalam planet inferior ini adalah planet merkurius dan venus. Dalam orbitnya mengelilingi matahari, planet-planet inferior tampak berpindah-pindah kedudukannya dilihat dari bumi. Ini disebabkan konfigurasi planet, bumi, dan matahari yang selalu berubah. Pada sudut elongasi 0°[8] dan planet berada di antara bumi dan matahari, planet dikatakan berada dalam kedudukan konjungsi bawah. Setelah mencapai kedudukan ini, planet bergerak ke barat dan sudut yang terbentuk adalah elongasi barat. Dengan berjalannya waktu, sudut elongasi planet bertambah besar sampai mencapai satu harga maksimum (Merkurius 28° dan Venus 48°)[9], membentuk sudut elongasi barat maksimum. Setelah mencapai harga maksimum, sudut elongasi mengecil sampai menjadi nol. Pada posisi ini, planet dikatakan berada dalam kedudukan konjungsi atas.
Setelah posisi ini dicapai, planet bergerak ke timur dan memiliki sudut elongasi timur lalu mencapai suatu harga maksimum, membentuk sudut elongasi timur maksimum . Setelah kedudukan ini dicapai, sudut elongasi mengecil lagi akhirnya planet sampai pada kedudukan konjungsi bawah lagi. Waktu yang diperlukan planet untuk mencapai dua kedudukan serupa dinamakan periode sinodis.
Planet superior adalah planet yang orbitnya terletak di sebelah luar orbit bumi. Termasuk dalam planet-planet superior ini adalah mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Untuk planet Superior, keadannya sedikit berbeda. Karena orbit planet superior terletak di luar orbit bumi, kedudukan sudut elongasi nol hanya dicapai sekali saja, yaitu pada saat konjungsi. Setelah kedudukan ini dicapai, sudut elongasi bertambah besar sampai seharga 90°, dan dalam kedudukan ini planet dikatakan berada dalam posisi kuadratur timur. Pada sudut elongasi 180° setelah kuadratur timur dicapai, planet superior ini dikatakan berada dalam kedudukan oposisi. Setelah oposisi dicapai, planet bergerak terus sampai pada kedudukan kuadratur barat lagi[10] dan kembali pada kedudukan konjungsi.
Berdasarkan orbitnya dibandingkan dengan adanya sabuk asteroid, planet terbagi menjadi dua yaitu planet dalam dan planet luar. Sabuk asteroid adalah daerah di antara orbit Mars dan Yupiter yang merupakan tempat kedudukan sebagian besar asteroid. Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA[11] dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter. Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer. Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan[12].
Planet dalam adalah planet yang orbitnya berada di antara sabuk asteroid dan matahari. Termasuk dalam kelompok planet dalam ini adalah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Sedangkan planet luar adalah planet yang orbitnya berada di luar sabuk asteroid. Termasuk dalam kelompok planet luar ini adalah Yupiter, Saturnus, Uranus , Neptunus dan Pluto.
Berdasarkan komposisinya, planet dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu planet-planet terrestrial (planet kebumian) dan planet jovian. Disebut terrestrial (berasal dari kata terra yang berarti bumi) karena komposisi bahan-bahan penyusun planet segolongan dengan komposisi bahan penyusun bumi. Disebut jovian karena komposisi bahan-bahan penyusunnya mirip Jupiter (dalam bahasa latin, Jupiter disebut lovis atau jovis).
Planet-planet terrestrial adalah Merkurius, Venus dan Bumi. Planet-planet ini didominasi oleh batuan silikat, memiliki massa jenis sekitar 5 kali massa jenis air, dan ukurannya tidak terlalu besar.
Planet-planet jovian merupakan planet-planet besar, yaitu Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Planet-planet jovian ini memiliki rapat massa yang tidak terlalu besar, bahkan saturnus bisa mengambang di atas permukaan air. Planet-planet jovian ini didominasi oleh unsur-unsur ringan, seperti hydrogen dan helium. Hal lain yang menarik dari planet-planet ini adalah banyaknya satelit yang dimilikinya oleh masing-masing planet dan cincin yang mengelilinginya[13].
  1. Planet-planet Anggota Tata Surya
1. Merkurius
Merkurius adalah planet yang paling dekat dengan matahari. Jarak rata-rata Merkurius-matahari sekitar 0,39 SA. Planet ini memiliki kala rotasi 88 hari dan kala revolusi 58,5 hari. Suhu di permukaan merkurius mencapai 550°-770° pada siang hari dan -400° pada malam hari. Planet ini disebut juga dengan rocky planet karena tersusun dari besi(inti) dan batuan silikat(mantel). Gravitasi di planet ini sebesar 0,3 gravitasi bumi. Planet ini tidak memiliki satelit.
2. Venus
Planet ini disebut juga bintang timur (evening star atau morning star) karena kemunculannya yang mirip bintang pada waktu pagi atau sore hari. Planet inilah yang biasanya mengecoh para perukyah hilal pada akhir bulan qamariyyah. Planet venus merupakan planet yang terdekat dengan bumi, diameternya pun hampir sama dengan diameter bumi, yakni -+ 12.100 km atau sekitar 0,91 diameter bumi.
Planet ini memiliki kala rotasi 243 hari dengan arah rotasi yang hampir berlawanan dengan arah rotasi planet lain, sedangkan kala revolusinya adalah 225 hari. Planet ini mempunyai suhu di permukaan sekitar 464°C, lebih pana daripada Merkurius. Panasnya planet ini disebabkan oleh kala rotasinya yang lebih lama daripada kala revolusinya, sehingga panas matahari tidak bisa merata. Di satu sisi planet venus menerima panas matahari dalam waktu yang lama dan di sisi yang lain planet venus tidak menerima panas matahari dalam waktu yang lama pula.
Planet venus juga diselubungi awan tebal (-+48 km) yang terdiri dari karbon dioksida. Karena planet ini diselubungi oleh karbon dioksida, maka planet ini kelihatan lebih terang ketika terkena sinar matahari. Selimut karbon dioksida ini pula lah yang menyebabkan suhu permukaan venus amat panas karena selimut karbon dioksida ini mencegah sinar infra merah keluar. Planet ini tidak memiliki satelit.
3. Bumi
Bumi merupakan satu-satunya planet yang ditemukan adanya kehidupan. Banyak hal di bumi yang mendukung adanya kehidupan. Salah satu unsur pendukung kehidupan di bumi adalah adanya air dan atmosfer. Air yang merupakan unsur utama kehidupan melimpah ruah di bumi, sedangkan lapisan atmosfer bumi melindungi bumi dari radiasi sinar yang berbahaya dan melindungi dari tabrakan benda-benda kecil seperti meteor dan lain-lain.
Bumi memiliki jarak dari matahari sekitar 149,7 km dan jarak antara bumi dan mathari ini dijadikan suatu satuan ukuran dalam tata surya yang dinamakan satuan astronomi. Diamater ekuatorial bumi adalah 12.760 km. Kala rotasi bumi selama 23 jam 56 menit dank ala revolusi sideris bumi selama 365,hari. Suhu rata-rata di permukaan bumi -70° sampai 55°C. Bumi memiliki satu satelit yaitu bulan.
4. Mars
Mars sering disebut planet merah karena debu yang melingkupinya berwarna merah. Permukaan planet Mars berupa gunung-gunung dan lembah-lembah. Di permukaan planet Mras pernah ditemukan adanya dasar sungai yang telah mengering yang membuktikan pernah ada air yang mengalir di Mars. Satu-satunya air yang ada di Mars telah membeku di kutubnya. Es juga ada di berbagai tempat di bawah tanah. Penyelidikan tentang adanya kehidupan di planet masih dilakukan terkait dengan dugaan adanya air di planet ini.
Diameter Mars -+6796km dengan gravitasi 0,4 gravitasi bumi. Massanya 0,11 massa bumi. Suhu permukaan di planet Mars mencapai -120° hingga 25°C. Kala revolusi mars 687 hari dan kala rotasinya 24 jam 37 menit 22,6 detik.
Planet ini memiliki dua buah satelit, yaitu phobos dan deimos. Phobos dan Deimos memiliki bentuk tidak beraturan dengan banyak kawah di permukaannya. Panjang Phobos 28 km dan Deimos 16 km. Diduga phobos dan deimos ini merupakan asteroid yang tertangkap oleh gaya gravitasi mars.
5. Jupiter
Planet Jupiter merupakan planet terbesar dalam tata surya dengan ukuran -+142.800km (11 kali bumi). Planet Jupiter merupakan planet gas yang berjarak rata-rata 5,2 SA dari matahari. Planet ini memiliki kala rotasi 10-15 jam dan kala revolusi 11,86 tahun. Gravitasinya 2,64 gravitasi bumi. Planet ini memiliki 16 satelit yang bisa diliht pada tabel di bawah.
Ada satu fenomena unik yang ada di planet Jupiter ini, yaitu great red spot (bintik merah besar) berukuran dua kali bumi yang berkecamuk setidaknya selama 300 tahun. Awannya yang paling atas berputar berlawana dengan jarum jam dan memerlukan waktu enam hari untuk membuat satu putaran. Urut-urutan ini menggambarkan badai yang lebih kecil (bentuk oval berwarna putih) dan aliran udara lain yang melewati spot. Spot tidak selalu merah, kadang-kadang berwarna abu-abu atau putih. Warna merah muncul darin unsur kimia fosfor, ketika material dasar spot naik secara berputar terkena cahaya matahari.
6. Saturnus
Saturnus merupakan planet paling indah karena memiliki cincin.dan merupakan planet terbesar kedua setelah Jupiter (diameter 120.000 km). Saturnus merupakan planet teringan bahkan bisa bisa mengambang dipermukaan air karena susunan materialnya.
Planet ini memiliki satelit terbanyak serta memiliki cincin yang terdiri atas miliaran balok es dan batu. Kala revolusi planet ini adalah 29,5 tahun dan kala rotasinya adalah 10 jam 14 menit.
7. Uranus
Planet berdiameter 50.152 km ini ditemukan pertama kali oleh Wiliam Herschel pada tahun 1781. Planet ini tampak berwarna kebiru-biruan. Planet ini juga memiliki 11 cincin yang terdiri atas balok es berwarna hitam pekat. Kala revolusinya 84 tahun dan kala rotasinya 17,24 jam.
8. Neptunus
Planet berdiameter 50.538 km ini ditemukan pertam kali oleh John Chouc Adam dan Urbain Le Verrier pada tahun 1846. Planet ini juga memiliki 4 cincin yang sangat ramping berwarna gelap dan tersusun dari es. Kala revolusinya 248 tahun sedangkan kala rotasinya 16 jam 3 menit.
9. Pluto
Sebelum tanggal 24 Agustus 2006, Pluto dianggap sebagai planet terkecil, terdingin dan terjauh dari matahari. Ukurannya 2.300 km dengan suhu permukaan -220°C. Jaraknya dari matahari adalah 39,46 SA. Kala revolusinya 248 tahun dan kala rotasinya 6,4 hari. Para astronom masih meragukan Pluto sebagai planet, bahkan mereka menduga bahwa pluot adalah satelit Neptunus yang terlepas[14].
D. Obyek Benda Langit selain Planet
1. Satelit
Satelit berarti pengikut. Yang dimaksud dengan istilah satelit di sini adalah benda langit yang merupakan pengikut planet. Dewasa ini istilah satelit tidak hanya digunakan untuk benda langit alami yang mengiringi planet dalam orbitnya mengitari matahari, melainkan juga digunakan untuk istilah benda buatan manusia yang diorbitkan mengelilingi bumi guna kepentingan komunikasi, citra udara, observatory, prakiraan cuaca, dan lain-lain.
Yang menjadi pembahasan pada sub bab ini adalah satelit alami yang terbentuk secara alami bersama-sama dengan proses pembentukan planet. Karena massanya lebih kecil, dan beralokasi dalam lingkungan gravitasi planet tertentu, satelit itu beredar mengelilingi planet tersebut.
Tidak semua planet memiliki satelit. Di bawah ini adalah nama-nama planet beserta satelit-satelitnya.(1995)
No
Planet
Nama Satelit
Jumlah Satelit
1
Merkurius
-
2
Venus
-
3
Bumi
Bulan/Luna
1
4
Mars
Phobos dan Deimos
2
5
Jupiter
Metis, Andaresta, Almathea, Thebe, Io, Europa, Ganymede, Calistio, Leda, Himalia, Lysithea, Elara, Ananake, Carme, Pasiphea, Sinope, dan 3 lagi belum ada namanya
16
6
Saturnus
Atlas, 1980 S27, 1980 S26 Euphemetheus, Janus, Mimas, Encledaus, Tethys, Telesto, Calypso, Dione, 1980 S5, Rhea, Titan, Hyperion, Iapetus, Phoebe, dan satu lagio belum bernama
18
7
Uranus
Ariel, Umbriel, Titania, Oberon, Miranda, dan 10 lagi belu bernama
15
8
Neptunus
Triton, Nereid, 6 lagi belum bernama
8
9
Pluto
Charon
1
Jumlah Semua
61
Dari data di atas merupakan hasil pencatatan terakhir, setelah mendapat tambahan dari hasil pengamatan kendaraan ruang angkasa Viking, Pioneer, dan Voyager yang telah dan menjelajah ruang antar planet. Yang terakhir Voyager melalui Uranus dan berdasarkan hasil pemantauannya satelit Uranus ternyata ada 15 buah. Sebelum ini dicatat satelit Uranus hanya ada 5 buah. Neptunus dan Pluto pada tahun 1989 belum dicata. Oleh karena itu, jika nanti ada penemuan baru yang dibawa Voyager atau kendaraan angkasa lainnya tentang satelit pada planet-planet itu, berarti ada tambahan pada isi tabel di atas.
Galileo Galilei dengan teleskopnya yang sederhana menemukan 4 satelit pada planet Jupiter. Itulah sebabnya empat satelit yang terbesar pada planet Jupiter dinamakan satelit Galilea (Galilean Satelit). Keempat satelit itu adalah Io, Europa, Ganymede, dan Calustio.
Pluto tampak dari bumi mempunyai benjolan yang tempatnya berubah. Para ahli mengambil kesimpulan bahwa benjolan itu adalah satelit. Dengan demikian, dinyatakan bahwa Pluto mempunyai sebuah satelit[15].
2. Asteroid
Asteroid merupakan salah satu benda langit yang tersisa dari nebula ketika pembentukan tata surya empat atau enam milyar tahun yang lalu. Benda langit yang disebut juga dengan mineral planet[16] atau planet minor atau kadang-kadang disebut planetoid[17] ini adalah ribuan planet kecil dan pecahan-pecahan atau merupakan puing-puing yang tersisa dari pembentukan beberapa planet yang asalnya masih diperdebatkan.[18] Ia terbentuk atas pegunungan bebatuan, yang menempati ruang antara Mars dan Yupiter, terus bergerak mengitari matahari dari barat ke timur dengan orbit berbentuk ellips dengan eksentrisitas hampir sama dengan bumi.[19] Mayoritas Ilmuwan berpendapat bahwa Asteroid terbentuk dengan adanya gravitasi Yupiter yang besar menghempaskan puing di sekitarnya pada berbagai orbit dengan berbagai bentuk, menyebabkan asteroid yang lebih besar bertabrakan dan pecah.[20]
Asteroid terbesar adalah Ceres (diameter : 1035 km) yang merupakan asteroid yang ditemukan pada hari pertama abad 19 (1 Januari 1801) oleh Piazzi, kemudian ditemukan asteroid-asteroid lain seperti Pallas pada tahun 1802, Juno pada tahun 1804, dan Vesta pada tahun 1807. Saat ini, ribuan asteroid telah direkam dan ribuan orbit asteroid telah ditentukan. Mayoritas orbit asteroid terletak antara orbit Mars dan Yupiter. Sekitar 90 persennya mempunyai jarak ke matahari sekitar 2,3 dan 3,3 satuan astronomi (SA) dan secara rata-rata jarak asteroid ke matahari adalah 2,8 SA yang sesuai dengan hukum Bode.[21] Beberapa asteroid mempunyai orbit kecil seperti Adonis, Apollo dan Hermes.
3. Meteorid
Merupakan suatu benda langit berupa benda-benda kecil yang mengelilingi matahari, keberadaannya baru diketahui ketika benda tersebut memasuki atmosfer bumi dan memanas karena gesekan. Meteorid dijabarkan pula sebagai benda langit yang beterbangan secara tidak teratur dengan orbit tidak tetap dan tidak bercahaya. Meteorid yang jatuh karena gaya tarik bumi akan berpijar akibat gaya gesekan atmosfer bumi.
Asal mula Meteorida terbagi sesuai dengan macam meteorid tersebut.
a. Meteorid Asteroidal/keplanetan
Berasal dari pecahan Asteroida, orbit ellips dengan periode pendek, terjadinya sewaktu-waktu atau sporadik (tidak memiliki pola periode tertentu).
b. Meteorid Kekometan
Berasal dari hancuran komet dengan orbit ellips yang sangat pipih dan sering berhimpit dengan orbit bekas komet tertentu. Bila bumi memotong orbit kelompok meteorid ini akan terjadi hujan meteor.
c. Meteorid Parabolis
Benda kecil yang asal mulanya belum diketahui, tetapi masuk anggota tata surya. Orbitnya mungkin terganggu oleh planet lain.
4. Meteor
Meteor atau sering disebut dengan bintang jatuh adalah suatu fenomena emisi cahaya dalam atmosfer bumi.[22] Meteor menukik ke dalam atmosfer dengan kecepatan antara 11 dan 72 km/detik, kemudian terbakar pada ketinggian sekitar 100 km. Meteor disebut juga sebagai batu-batuan di angkasa yang biasanya berupa potongan komet yang memasuki atmosfer bumi. Biasanya, mereka teramati di antara orbit Mars dan Yupiter. Beberapa di antaranya berdiameter mencapai 1.000 km (620 mil).[23]
Meteor yang dinamakan Shooting Star oleh orang Inggris ini menjadi panas dan pijar, sebagai akibat dari kecepatannya yang luar biasa (sampai 200.000 mil/jam) dan gesekan dengan udara.[24] Berjuta-juta meteor memasuki atmosfera kita setiap hari tetapi hanya sedikit saja yang sampai ke bumi, karena habis terbakar di angkasa.
Peristiwa meteor (hujan meteor) dapat terlihat dari bumi saat bumi melintasi orbit sebuah komet. Mereka terbakar ketika memasuki atmosfer bumi dan meninggalkan garis terang cahaya di langit. Sehingga dengan istilah lain dapat dijabarkan bahwa meteor adalah uap bercahaya yang dihasilkan Nampak seperti bintang yang bergerak di langit.
5. Meteorit
Suatu meteorid yang dapat mencapai bumi dengan tanpa terbakar habis disebut meteorit atau aerolit (biasanya berupa potongan dari sabuk asteroid). Benda langit ini merupakan benda langit padat yang jatuh ke bumi dari angkasa berupa kepingan batu, atau campuran besi dan batu terpisah dari meteor dan komet.
Pada tahun 1803, masyarakat Ilmiah baru menerima kenyataan bahwa meteorit memang jatuh dari angkasa. Lebih 95 persen dari meteprit yang selamat adalah meteorit baru.
Meteorit terbagi atas tiga jenis dengan nama yang mengungkapkan campuran unsur yang ditemukan dalam setiap contoh.[25] Meteorit batu tampak seperti batu, tetapi biasanya mempunyai kulit yang lebur disebabkan panas tinggi ketika meteorit melewati atmosfer bumi. Meteorit besi berisi kristal nikel-besi, dan meteorit besi batu adalah sebagian besi (meteorit dengan susunan kimia terutama nikel dan besi) dan sebagian batu(meteorit dengan susunan kimia terdiri dari silisium, magnesium dan aluminium).
6. Komet
Sebutan komet berasal dari bahasa Yunani coma yang berarti rambut. Penyebutan itu berasal dari penampakannya yang seperti rambut terurai saat berada di dekat matahari. Pada saat jauh dari matahari komet masih berupa gumpalan es kotor yang berukuran sekitar 1-10 km. Ketika bergerak dan berada cukup dekat dengan matahari, muncullah selubung gas debu yang menyelubungi inti yang disebut coma.
Bagian coma terdiri atas debu dan gas yang ukurannya berkisar antara 100.000 km dan satu juta km. Coma ini muncul jika inti sudah bergerak sampai pada jarak kurang dari 3 SA. Gas-gas yang berada di dalam coma umumnya berupa molekul-molekul seperti HCN, CH3CN, CO, CO2, formaldehid, dan air. Coma diselubungi oleh awan hydrogen yang sangat besar. Selubung ini bisa berukuranh jutaan kilometer dan berasal dari disosiasi radikal hiroksil (OH) oleh radisi matahari pada materi-materi yang ada pada coma.
Pada saat komet bergerak mendekati matahari, tumbuhlah ekor komet yang semakin bertambah panjang dengan semakin dekatnya komet itu ke matahari. Ekor komet ini muncul karena bahan-bahan yang ada di bagian inti komet menguap akibat hembusan angin surya (partikel-partikel yang dipancarkan oleh matahari). Arah ekor komet selalu menjauhi matahari dan segaris dengan arah matahari komet. Ekor komet ini bisa mencapai panjang sekitar 150 juta km sehingga komet bisa menjadi benda terbesar di tata surya kita. Meskipun demikian, kerapatan komet sangat kecil, jauh lebih kecil daripada kerapatan partikel dalam ruang hampa terbaik yang bisa dibuat di dalam labot=ratorium di bumi.
Dalam katalog komet terbaru (buatan tahun 1986) tercatan 1187 buah komet yang teridentifikasi sebagai komet periodik dan sebagian sudah pernah teramati lebih dari satu kali. Penamaan komet menurut konvensi didasarkan nama penemu atau orang yang pertama kali melihat komet tersebut. Orang yang pertama kali melihat ini tidak harus seorang astronom, melainkan orang awam yang gemar mengamati langit pun bisa mengabadikan namanya sebagai nama sebuah komet apabila ia melaporkan hasil pengamatannya terhadap komet baru ke lembaga astronomi[26]. Di antara komet-komet yang berjumlah ribuan itu, ada beberapa komet yang terkenal yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini[27]:
Komet
Ditemukan
Terakhir kali dilihat
Kemunculan berikutnya
Halley
Pertama kali diketahui 240BC. Astronom Inggris, Edmund Halley untuk pertama kali menghitung orbitnya.
1986
2061 (76 tahun sekali)
Hale Bopp
Ditemukan oleh Alan Hale dan Thomas Bopp (AS) pada saat bersamaan tetapi sendiri sendiri, 1000 kali lebih terang daripada Halley
1997
Dalam 2400 tahun lagi ( 4397)
Shoemaker- Levy B
Ditemukan 1993 oleh Carolyn dan Eugene Shoemaker serta David Levy
1994 (menabrak Jupiter)
-
Hyakutake
Ditemukan tahun 1996 oleh Yuji Hyukutake (Jepang). Melintas dengan jarak 15 juta km dari bumi.
1996
Dalam 40000 tahun lagi
Ikeya-Zhan
Ditemukan 22 Februari 2002 oleh Kaoni Ikeya (Jepang) dan Daqing Zhang(China)
Diperkirakan tahubn 1532, April 2002
E. Penutup
Demikian apa yang bisa kami jelaskan mengenai Sistem Tata Surya. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kekeliruan. Kami mohon kritik konstruktif dari pembaca guna sempurnanya makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Admiranto,Gunawan, Menjelajahi Tata Surya, Yogyakarta : Kanisius. 2009
Endarto,Danang, Pengantar Kosmografi, Surakarta : UNS Press, 2005
Dyayadi, Alam Semesta Berthawaf, Yogyakarta : Lingkaran. Cetakan I, Mei 2008
Harris,Nicholas, Atlas ruang Angkasa, Jakarta : Erlangga, 2007
Lippincott,Kristen, Astronomi. Jakarta : Balai Pustaka. Cetakan IV, 2007
Mulyo,Agung, Pengantar Ilmu Kebumian, Pengetahuan Geologi Untuk Pemula. Bandung : Pustaka Setia. Cetakan I, September 2004
Radiman,Iratius, dkk, Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu yang Bertautan, Bandung : ITB, 1980
Sarjana,Teysar Adi, Hand Out Ilmu Alamiah Dasar, 2009
Tjasyono,Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Cetakan I, Februari 2006
http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya



[2] Danang Endarto, Pengantar Kosmografi, Surakarta : UNS Press, 2005. hlm 91
[3] Danang Endarto, ibid, hlm 93
[4] Dyayadi, Alam Semesta Berthawaf, Yogyakarta : Lingkaran. Cetakan I, Mei 2008. hlm 252-253
[5] Iratius Radiman, dkk, Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu yang Bertautan, Bandung : ITB, 1980. hlm 74.
[6] Kesepakatan ini berdasarkan General Assembly International Astyronomical di Praha, Agustus 2006, terkait dengan fenomena Pluto yang menjadi kontroversi.
[7] A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, Yogyakarta : Kanisius. 2009. hlm 12
[8] Sudut elongasi adalah sudut yang dibentuk oleh posisi benda langit terhadap bumi dan matahari. Sudut elongasi 0° disebut konjungsi, sudut elongasi 90° disebut kuadratir dan sudut 180° disebut oposisi.
[9] Lihat Danang Endarto, ibid, hlm 27
[10] A. Gunawan Admiranto, op.cit, hlm 8.
[11] Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjarak sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya, diakses pada 20 Mei 2010, 22:19
[13] A. Gunawan Admiranto, op.cit, 11-12
[14] Rangkuman, Teysar Adi Sarjana, Hand Out Ilmu Alamiah Dasar, 2009; Nicholas Harris, Atlas ruang Angkasa, Jakarta : Erlangga, 2007.
[15] Danang Endarto, op.cit 30
[16] Agung Mulyo, Pengantar Ilmu Kebumian, Pengetahuan Geologi Untuk Pemula. Bandung : Pustaka Setia. Cetakan I, September 2004. Hlm. 29.
[17] Bayong Tjasyono. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Cetakan I, Februari 2006. Hlm. 36.
[18]Ibid.
[19] Dyayadi, MT.op.cit. Hlm. 237.
[20] Kristen Lippincott. Astronomi. Jakarta : Balai Pustaka. Cetakan IV, 2007. Hlm. 58.
[21] Hukum Bode : Keteraturan jarak suatu planet ke matahari memenuhi deret bilangan. Rumusannya : D=0,4 x 0,3 x 2ⁿ dengan D adalah jarak planet dalam SA dan n adalah tak hingga untuk merkurius, 0 untuk venus dan bertambah 1 untuk planet berikutnya.
[22] Bayong Tjasyono. Op.cit. hlm. 38.
[23] Dyayadi, MT. op.cit. hlm.230.
[24] Agung Mulyo. Op.cit. hlm. 30.
[25] Kristen Lippincott. Op.cit. hlm. 59.
[26] A. Gunawan Admiranto, op.cit,228
[27] www.nasa.space.com dalam Dyayadi, op.cit, 235